Tini Toon

Topik   : Obat dan Kesehatan
Judul   : Problem Kesehatan dan Herbal
Tujuan Penulisan   : Meningkatkan kesehatan tubuh masyarakat dengan kembali   menggunakan bahan alam atau sering disebut back to nature.

Mentri Kesehatan (Mankes) RI mengakui terus terang perihal reutnya persoalan kesehatan di Indonesia. Disebutkannya, belum selesai satu persoalan kesehatan, ternyata sudah muncul lagi kasus kesehatan yang lainnya.

Bangsa Indonesia pun menghadapi beberapa problem kesehatan dalam waktu yang tak jauh berbeda, seperti penyakit antraks pada hewan, flu burung, heboh zat pengawet formalin, keracunan, busung lapar, dan sebagainya.

Salah satu upaya menghadapi persoalan kesehatan tersebut, yakni back to basic. Prinsip back to basic tampaknya juga bisa diterapkan tatkala sebagian besar masyarakat menghadapi dampak dari perubahan gaya hidup. Ya, konon gaya hidup kini ditandai dengan “kemodernan” pola makan dan minum seseorang dalam kehidupan sehari-harinya. Artinya, makanan dan minumannya tidak lagi bersifat tradisional. Jenis, bentuk, dan kemasan makanan serta minuman berbeda dibandingkan dimasa silam.

Kini, makanan dan minumam yang sifatnya radisional “tergeser” dari tengah kehidupan masyarakat perkotaan, bahkan telah sampai pula di pedesaan. Anak-anak jaman sekarang cenderung agak sulit mengenal makanan khas suatu daerah di perkotaan. Mereka baru mengetahui, mengenal, dan menikmati makanan tradisional tatkala mudik ke suatu daerah tertentu.

Sesungguhnya, sejumlah wisatawan dan wartawan luar negeri yang datang ke Bandung, misalnya, seringkali merasa memperoleh kenyamanan dan kenikmatan tersendiri ketika mengunjungi objek wisata yang bernuansa alami. Selain itu, mereka memperoleh suguhan makanan-minuman tradisional daerah jabar yang terbebas dari zat pengawet maupun pewarna.

Diantara para turis itu, ada juga yang merasa “nikmat” dikala memperoleh pelayanan pengobatan tradisional. Mereka sengaja datang ke Indonesia dengan mengeluarkan sejumlah besar uang demi menikmati atmosfer “kembali ke alam” (back to nature)
Prinsip back to nature ini pada hakikatnya, merupakan wujud lain dari back to basic. Maksudnya manusia kini cenderung kembali ingin meraih hal-hal yang esensial sebagaimana dulu para nenek moyang sempat mengenyamnya. Ya, ingin memakan makanan dan meminum minuman yang terbebas dari zat pengawet dan zat pewarna, serta menikmati udara tanpa polusi.

Konsep “kembali ke alam” (back to nature) tersebut, juga menyentuh “wilayah” pengobatan. Betapa tidak, sejumlah ahli, pakar, tabib, dan sejenisnya yang punya kemampuan pengobatan dengan mendaya gunakan alam seperti tanaman kerapkali menjadi objek kunjungan turis asing ataupun domestik. Tak hanya itu, obat-obatan yang merupakan hasil racikan sejumlah tanaman mengandung unsur obat, kini mengalami masa marema. Dibeberapa lokasi objek wisata di jabar, kita dapat menemui secara mudah sejumlah penjaja obat dari tanaman jenis obat (herbal).

Umpamanya, di kawasan Gunung Tangkuban Perahu dan Maribaya Lembang, Puncak Cianjur serta di Pantai Pangandaran Ciamis, banyak ditawarkan obat-obatan hasil racikan dari tanaman jenis obat herbal (herbal). Bahkan, dilokasi objek wisata rohani seperti Pesantren Daarut Tauhid (DT) Bandung, kita bisa menjumpai penjaja obat-obatan herbal tersebut.

Fenomena pergeseran minat masyarakat terhadap obat-obatan herbal, dapat diketahui pula ketika berada disejumlah tempat di luar negeri, seperti di Singapura, dan Malaysia. Di beberapa tempat di Singapura dan Malaysia, kita bisa secara mudah menemui makanan dan minuman khas dari jenis ginseng. Di Ghuang Zho dan beberapa kota di RRC, juga mudah ditemui obat-obatan herbal.

Kesadaran masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sesungguhnya merupakan hal yang urgen dan signifikan bagi kesehatan tubuh manusia, karena, dapat mengurangi angka kesakitan, baik pada anak-anak atau orang dewasa.

Di sisi lain, upaya masyarakat untuk menjaga serta meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas), ternyata diwarnai nuansa “penyimpangan”. Sebagai contoh, ada sejumlah anggota masyarakat yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu dan minuman suplemen tanpa memperhatikan efek sampingan. Akibatnya, mereka bukanya bertubuh sehat dan memiliki kekebalan tubuh (imunitas). Akan tetapi, mereka menderita sakit sebagai akibat dari efek sampingan yang tak teratasi.

Sejumlah orang pun berusaha mencari obat yang tidak menimbulkan efek samping itu. Pemikiran untuk kembali kea lam (back to nature) pun tumbuh dan berkembang. Beberapa warga masyarakat berikhtiar menggali potensi obat yang bersumber dari tanaman di Indonesia. Alhasil, dikenalah istilah herbal atau tanaman obat. Sayangnya, potensi herbal indonesiabelum tergali secara optimal. Hingga kini Indonesia baru memiliki lima fitofarmaka (obat dari bahan alam yang telah melalui uji klinis). Salah satunya adalah stimuno yang berkhasiat menjaga dan meningkatkan system imun tubuh (imunomodulator).

Untuk itulah, perlu ada komitmen dan kerja sama diantara pihak-pihak terkait agar mampu melipatgandakan eksistensi fitofarmaka. Jika saat ini baru ada lima fitofarmaka, diharapkan dalam waktu dekat ada puluhan bahkan ratusan fitofarmaka.

Categories:

Leave a Reply