Tini Toon

Sebelas bulan yang lalu,menjelang tahun 2010 setiap pejabat Negara setingkat mentri serta pemimpin lembaga tinggi Negara diberi mobil mewah Toyota Crown Royal Saloon 3.000 cc. Terasa ironis sebab waktu pemberian mibil bertenaga besar dan boros BBM itu nyaris bersamaan denagn pernyataan presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa Indonesia bertekad mereduksi emisi karbon hingga 26 persen pada 2020. Juga ironis mengingat tekad pemerintah untuk berhemat.
Menurut mentri sekertaris Negara Sudi Silalahi, penggantian mobil dinas seharga 1,3 miliar rupiah perunit itu di anggarkan dalam APBN 2009 sesuai dengan program pemerintah yang telah disetujui DPR periode lalu. Ada dugaan, anggaran mobil dinas itu mungkin di ambil dr subsidi pemerintah bagi rakyat miskin. Ya, semacam pelimpahan anggaran, berupa pengurangan subsidi untuk di anggarkan menjadi fasilitas pejabat Negara.
Banyak yang menyesali dan merasa “kado akhir tahun” untuk para mentri dan pejabat tinggi Negara ini melukai rasa keadilan, terutama bagi mereka yang selama ini berkubang dalam kemiskinan. Kenyataannya, masih lebih dari 35 juta rakyat negri ini tergolong miskin. Pengangguran pun masih banyak. Kesenjangan melebar pula, terlihat dari kemerosotan indeks pembangunan manusia (IPM), dari posisi ke-109 (dari 179 negara) pada 2008 menjadi ke-111 pada 2009. Anjloknya IPM menunjukan bahwa kualitas kesehatan, pendidikan, dan pendapatan perkapita sebuah Negara memburuk.
Berbarengan dengan berita itu, keteladanan pemimpin india yang menjadi perekat harmonis sosial. Para pemimpin negeri Mahatma Ghandi ini, termasuk presidennya, tetep menggunakan mobil buatan dalam negeri. Juga tak ada kemegahan kantor-kantor pemerintahan karna yang di pentingkan adalah fungsinya.

Categories:

Leave a Reply